ASAFF 2020: Indonesia Menginisiasi Kolaborasi Pemerintah dan Bisnis dalam Ketahanan Pangan Asia
JAKARTA – Indonesia menginisiasi kolaborasi antar negara dan antar pebisnis di kawasan Asia untuk membangun kemandirian pertanian dan ketahanan pangan Asia. Melalui Asian Agriculture and Food Forum 2020 (ASAF 2020) diharapan sinergi dan kolaborasi tersebut dapat diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Asia dan menjadi penyuplai utama pangan dunia.
“Peran dan posisi Asia dalam produksi pertanian global sangat besar. Kolaborasi akan membangun ketahanan pangan negara-negara Asia dan menjamin ketersediaan pangan dunia,”ungkap Jenderal TNI Purn Dr Moeldoko, yang menginisiasi ASAFF. Kegiatan ASAFF digagas Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini, untuk membangun solusi sinergi dan kolaborasi para pelaku sektor pertanian membangun kemandirian pertanian dan ketananan pangan pertanian di kawasan Asia.
Moeldoko mewujudkan forum pertanian Asia pada 2018 melalui ASAFF 2018 yang dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara dan pamerannya dikunjungi Presiden Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC). ASAFF kedua diselenggarakan pada 12-14 Maret 2020 di JCC, dan diharapkan dapat dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Akan diundang juga sebagai narasumber dalam ASAFF 2020 antara lain Kementerian Pertanian dan pelaku bisnis pertanian dari China, Vietnam, Thailand, Jepang, Malaysia, dan lainnya.
“ASAFF adalah event berkala yang menjadi forum pertemuan stakeholders pertanian untuk membahas isu-isu strategis pertanian di kawasan Asia dan membangun kerjasama Government to Govverment (G2G) dan Business to Businss (B2B) dalam kebijakan pertanian, budidaya pertanian, teknologi pertanian, dan bisnis sektor pertanian, dalam arti luas pertanian, perikanan, peternakan,”jelas Moeldoko yang juga Kepala Staf Presiden Republik Indonesia, 10 Januari 2020.
ASAFF 2020 mengusung tema: “Asian Agriculture Colaboration in Global Economic Comptetition”. Ada tiga hal strategis yang menjadi isu utama dunia saat ini dan ke depan, yaitu: Pangan, Air, dan Energi. Ketiga hal tersebut akan menjadi komoditas strategis yang menggeser komoditas-komoditas yang selama ini menjadi isu dunia, seperti minyak bumi dan sumber daya alam.
Pertumbuhan penduduk dunia akan meningkatkan kebutuhan pangan, air, dan enerji. Menurut Divisi Kependukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah penduduk dunia pada 2019 mencapai 7,7 miliar jiwa, tumbuh 1,08 persen dibandingkan tahun sebelumnya (2018) sejumlah 7,6 miliar jiwa. Pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun 1-1,2 persen, sehingga dalam beberapa tahun ke depan penduduk dunia bakal mencapai 8 miliar jiwa ddan tahun 2030 sekitar 8,5 miliar penduduk. Pada tahun 2100 penduduk dunia akan mencapai 10,9 miliar orang.