Himpunan Kerukunan Tani Indonesia beri alternatif atasi kelangkaan pupuk

0
141
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Landak Karolin Margret Natasa menghadiri penanaman pohon yang merupakan inisiasi dari Forum Komunikasi Pencinta Alam Landak (Forkampala) di Jelimpo
sumber berita : https://kalbar.antaranews.com/himpunan-kerukunan-tani-indonesia-beri-alternatif-atasi-kelangkaan-pupuk

Pontianak (ANTARA) – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Landak Karolin Margret Natasa menggencarkan program pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi kompos untuk membantu petani sebagai alternatif dalam mengatasi kelangkaan pupuk.

“Beberapa bulan lalu saya dari HKTI mencoba mengajak rumah tangga di Kota Ngabang untuk membuat pupuk nabati, pupuk kompos dengan sampah rumah tangga,” kata Karolin saat menghadiri kegiatan penanaman pohon yang merupakan inisiasi dari Forum Komunikasi Pencinta Alam Landak (Forkampala) di Jelimpo, Kamis.

Itu merupakan bentuk perhatian HKTI membantu petani mencari alternatif pupuk yang bebas dari zat-zat kimia serta mengatasi pupuk yang mahal dan langka. Program itu akan terus kita gencarkan sebagai upaya memaksimalkan potensi pertanian di Landak.

Karolin menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh Forkampala yang anggotanya tersebut merupakan anak-anak muda yang sangat peduli dengan lingkungan.

“Saya senang ada teman-teman komunitas pencinta alam yang sudah membentuk organisasi bersama, jadi saya tidak sendiri lagi karena kita masih minoritas yang mengkampanyekan alam ini harus dijaga,” katanya.

Salah satunya mengidentifikasi sumber-sumber mata air, seperti Riam Angan Tembawang. “Bagian atasnya jangan diganggu agar habitatnya bisa terjaga,” ucap Karolin.

Dia menyampaikan bahwa gerakan Peduli Sampah merupakan salah satu program yang juga dilakukan oleh HKTI Kabupaten Landak, namun program HKTI melaksanakan program tersebut untuk menjadi bahan pupuk organik.

Bupati Landak periode 2017-2022 Karolin Margret Natasa menjelaskan bahwa dirinya sudah membuat peraturan daerah terkait dengan lingkungan terutama melindungi sumber-sumber mata air.

“Kami sangat mendukung apa yang dilakukan saat ini, kami setuju bahwa ini harus dijaga dan dipelihara apalagi Desa Angan Tembawang hidup dalam pertanian sawah di bawah air ini. Nah, apa yang sudah kami berikan ini agar bisa dikembangkan oleh pemerintah desa bersama masyarakat sehingga Riam Angan Tembawang ini bisa menjadi tempat wisata dan juga menjadi sumber mata air bagi petani,” kata Karolin.

Leave a reply

three × five =